Lahir
|
|
Meninggal
|
|
Kebangsaan
|
|
Almamater
|
Universitas
Pisa
|
Karier
ilmiah
|
|
Bidang
|
|
Institusi
|
Francesco Redi adalah seorang dokter, ahli
bedah, dan ilmuwan yg
terkenal dengan eksperimennya yg menentang teori generasi spontan (Spontaneous Generation). Sebagai
seorang dokter dan ahli
bedah, dia melayani bangsawan Tuscany seperti Ferdinand II dan Casimo III. Redi juga
dikenal sebagai seorang penulis soneta ( bentuk kesusasteraan Italia yg muncul sejak pertengahan
abad ke-13 ), salah satu karyanya yang
terkenal berjudul Bacco in Toscano (1685).[1]
Redi lahir dari pasangan
bangsawan Cecelia de'Ghinci dan Gregorio Redi. Ayahnya adalah dokter yang
bekerja untuk Adipati (Grand Duke) Ferdinand II dan putranya, Casimo III. Pada masa mudanya,
Redi dididik oleh imam Yesuit yang ajarannya berpegangan pada filsafat Aristoteles. Setelah dewasa, Redi menempuh pendidikan kedokteran di
Universitas Pisa dan juga menjadi dokter di pengadilan setelah mendapatkan
panggilan dari Adipati yang baru saja jatuh dari kudanya. Setelah mengunjungi Roma, Naples, Bologna, Padua, dan Venice, Redi memulai praktik sebagai dokter di Florence.
Dari tahun 1657 hingga 1667, Redi menjadi anggota dari Akademi Eksperimen (Accademia
del Cimento). Selama berkarya di pengadilan, Redi menjadi sosok yang
dihormati dan dicintai, kemudian dia juga menjadi pengawas apotek.
Selain itu, Redi juga membagi pengetahuannya dengan para pelajar.
Ketika Casimo III naik
menggantikan posisi ayahnya, Redi tetap bekerja pada posisinya sambil
mengerjakan eksperimen untuk meningkatkan kemampuan praktik medis dan bedahnya.
Selanjutnya, dia juga menjadi anggota aktif "Trusca",
"Arcadia", membantu penyusunan kamus Tuscan, mengajar bahasa Tuscan
di Florence (1666). Beberapa karya sastra yang ditulis oleh Redi selama
hidupnya adalah Letters,
puji-pujian Bacco in Toscana,
dan Arianna Inferma. Karya
sastranya yang paling puitis, Bacco
in Toscana dianggap sebagai salah satu karya sastra terbaik pada
abad ke-17. Mendekati akhir hidupnya, kondisi kesehatan Redi semakin menurun
hingga akhirnya meninggal tiba-tiba dalam tidurnya pada 1 Maret 1967 di Pisa.
Meskipun hidup di era yang
penuh ajaran Aristoteles, pemikiran Redi dipengaruhi oleh teori Galileo serta Bruno dan Kepler. Selain itu, Redi juga membaca tulisan Giuseppe
Aromatari dari Assisi dan William
Harvey yang membantah teori generasi spontan (abiogenesis).
Aromatari dan Harvey mengemukakan teori yang menyatakan bahwa serangga, cacing,
dan katak tumbuh dari benih atau telur yang terlalu kecil untuk dilihat. Pada
masa itu, belatung dipercaya muncul dari daging busuk sesuai teori generasi
sponatan yang dipengaruhi oleh ajaran Aristoteles. Redi tertarik untuk mencari
tahu tentang kebenaran hal tersebut, dia menyimpan berbagai macam daging ke
dalam tabung satu per satu dan mengamati belatung yang memakan daging busuk dan
menemukan bahwa belatung tersebut berkembang menjadi lalat. Sebelum belatung
muncul, dia mengamati bahwa lalat terlebih dahulu mengerumuni daging busuk
tersebut dan dari sana, ditarik kesimpulan bahwa ada sesuatu yang menyebabkan
terjadi produksi belatung.
Percobaan
yang dilakukan Francesco Redi.
Pada tahun 1688, Redi mempublikasikan hasil penelitiannya yg berjudul "Percobaan
pada asal usul serangga". Eksperimen dalam buku tersebut berhasil mematahkan teori
abiogenesis (kehidupan berasal dari materi mati) dan memunculkan teori
biogenesis yang
menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup lain. . Pernyataan Omne
vivum ex ovo (Semua kehidupan berasal dari telur) dicetuskan
berdasarkan percobaan yang dilakukan Redi.[3] Teori
biogenesis mengemukakan bahwa kehidupan berasal dari kehidupan sebelumnya.
Dalam percobaanya, dia menggunakan dua wadah berisi daging, yang pertama
dibiarkan terbuka, sedangkan yang lainnya ditutup. Pada wadah yang terbuka, belatung tumbuh pada daging
sedangkan pada wadah lainnya tidak ada pertumbuhan belatung.
Konsep biogenesis tersebut belum sepenuhnya dapat diterima hingga muncul
percobaan yang dilakukan oleh Louis Pasteur pada
tahun 1859.
Sudah diketahui bahwa belatung tiba-tiba muncul dalam daging busuk, dan
filsafat Aristoteles tersirat hal ini disebabkan karena generasi spontan. Redi
memutuskan untuk mencari tahu. Dia menaruh banyak jenis daging ke termos
individu, mengamati belatung karena mereka mengkonsumsi daging membusuk, dan
menemukan mereka pergi melalui metamorfosis, akhirnya menjadi lalat. Dia ingat
bahwa, sebelum muncul belatung, lalat menyerbu daging busuk, ia curiga bahwa
mereka entah bagaimana dapat menghasilkan belatung. Redi melanjutkan
eksperimennya, sekali lagi menempatkan daging ke botol kaca banyak. Kali ini ia
menciptakan kelompok kontrol. Dia meninggalkan setengah botol terbuka dan
menutupi setengah bagian lainnya dengan kain kasa, memungkinkan udara masuk dan
menjaga terbang keluar. Benar saja, belatung hanya dikembangkan dalam botol
terbuka. Dia benar menyimpulkan lalat telur disimpan dalam daging membusuk.
Namun, ia tidak mampu untuk menyimpulkan konsep yang sama untuk serangga yang
tidak berkembang biak dalam masalah membusuk, seperti lalat empedu - yang
dibesarkan di ranting berongga, dan cacing usus - yang dikembangkan di dalam
tubuh. Ini dia masih percaya itu terjadi secara spontan
Semasa hidupnya, Redi juga
mematahkan kesalahpahaman dan kepercayaan tentang ular berbisa. Eksperimen yang
dilakukannya menunjukkan bahwa empedu ular
berbisa tidak beracun, menelan bisa atau gigi ular tidak berbahaya, namun apabila bisa tersebut
masuk melalui luka terbuka atau diinjeksikan ke bawah kulit maka akan berakibat
fatal. Selain itu, redi juga menyatakan bahwa bisa ular adalah cairan kuning
yang diproduksi oleh kelenjar pada bagian kepala ular dan diinjeksikan hanya
melalui dua gigi, bukan diproduksi oleh roh liar. Dia juga mematahkan mitos
yang menyatakan bahwa kekuatan bisa ular dipengaruhi oleh makanannya, ular
meminum anggur, dan beberapa mitos yang salah lainnya. Namun, pemikirannya
tidak sepenuhnya diterima hingga publikasi yang dilakukan oleh Felice Fontana
pada tahun 1781, dimana kesimpulan Redi dapat diterima sepenuhnya.
Francesco Redi adalah orang pertama yang melakukan percobaan untuk
menyanggah teori abiogenesis. Redi membuat percobaan dengan memasukkan daging
ke dalam dua buah toples; toples tanpa penutup (terbuka) dan toples dengan
penutup. Setelah beberapa hari diamati, muncul larva di daging dalam toples
yang terbuka. Sementara daging di toples yang tertutup bersih. Redi pun
berkesimpulan bahwa belatung tersebut berasal dari lalat-lalat yang masuk ke
dalam toples dan bertelur di sana. Tidak berhenti sampai di situ, Redi kembali
membuat percobaan untuk meyakinkan kesimpulannya.
Percobaan Francesco Redi
Dia memodifikasi toples yang digunakan dengan membuat tutup yang terbuat
dari kain kassa. Hal ini dia lakukan agar udara dari luar bisa masuk dan
terjadi pembusukan daging, tetapi lalat tidak dapat masuk sehingga mencegah
munculnya telur lalat. Hasilnya? Daging tersebut membusuk, dan tidak ada larva
yang lahir.
Jadi, Francesco Redi membuktikan bahwa larva muncul bukan berasal dari
daging, melainkan telur lalat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar