A. Teknik
dan Kaidah Penyusunan Soal
Pengertian soal dalam pembelajaran tidak dapat dipisahkan
dengan pengertian tes. Soal sebagai bentuk tes merupakan alat atau prosedur
yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara dan aturan
aturan yang sudah
ditentukan. Bentuk soal dapat bermacam-macam, maka dari itu dalam pengerjaan soal tergantung dari petunjuk yang diberikan. Misalnya melingkari salah satu jawaban, menerangkan, mencoret jawaban yang salah, melakukan tugas atau suruhan, menjawab secara lisan, dan sebagainya. Bentuk soal tersebut diantaranya Pilihan Ganda, Benar Salah, Menjodohkan dan sebagainya.
ditentukan. Bentuk soal dapat bermacam-macam, maka dari itu dalam pengerjaan soal tergantung dari petunjuk yang diberikan. Misalnya melingkari salah satu jawaban, menerangkan, mencoret jawaban yang salah, melakukan tugas atau suruhan, menjawab secara lisan, dan sebagainya. Bentuk soal tersebut diantaranya Pilihan Ganda, Benar Salah, Menjodohkan dan sebagainya.
Maka dalam
membuat soal untuk mengevaluasi proses pmbelajaran, diperlukannya suatu kaidah
atau teknik agar bisa menyusun soal dengan baik. Kaidah-kaidah
penyusunan soal
merupakan petunjuk atau petunjuk teknis yang harus diikuti agar butir soal yang
dihasilkan memiliki kualitas baik. Kaidah penulisan soal meliputi isi materi
soal yang ditanyakan, konstruksi rumusan soal, dan penggunaan bahasa. Secara umum, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam penyusunan soal :
1. Mengikuti langkah-langkah dan
prosedur yang benar
2. Mengikuti berbagai kaidah yang ada
agar soal-soal yang dihasilkan membentuk perangkat tes yang valid
3. Mengikuti syarat-syarat dalam
penyusunan soal.[1]
B. Teknik Penyusunan Bentuk Soal Pilihan Ganda
1. Pengertian
Tes pilihan
ganda adalah butir soal atau tugas yang jawabannya dipilih dari alternatif yang
lebih dari dua. Alternatif jawaban kebanyakan berkisar antara 4 (empat) dan 5
(lima). Tes pilihan ganda merupakan jenis tes obyektif yang paling banyak
digunakan oleh para guru. Soal pilihan ganda atau dengan kata lain multiple choise, terdiri atas suatu
pertanyaan atau keterangan tentang suatu pengertian yang belum lengkap, dan
untuk melengkapinya harus memilih satu dari terdiri atas bagian keterangan
(stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternative (option). Kemungkinan jawaban
terdiri atas satu jawaban yang benar (sebagai kunci jawaban) dan beberapa
pengecoh (distractor).[2]
Menurut
Gronlund (1981) “alternatif jawaban empat kurang baik dibandingkan dengan yang
lainnya. Makin banyak alternatif jawaban, makin kecil kemungkinan peserta didik
menerka” Jadi, jumlah alternatif jawaban sebenarnya tidak ada aturan baku. Guru
bisa membuat 3,4,5 alternatif jawaban. Semakin banyak maka akan semakin bagus.
Soal tes
pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih
kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Soal tes bentuk pilihan ganda terdiri dari pembawa
pokok persoalan dan pilihan jawaban.
2. Jenis-Jenis Bentuk Soal Pilihan Ganda
Ada beberapa
jenis tes bentuk pilihan ganda, yaitu :
a. Distracters, yaitu setiap pertanyaan
atau pernyataan mempunyai jawaban yang benar. Tugas peserta didik adalah
memilih satu jawaban yang benar.
b. Analisis hubungan antara hal, yaitu
bentuk soal yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan peserta didik dalam
menganalisis hubungan antara pernyataan dan alasan (sebab- akibat)
c. Variasi negatif, yaitu setiap
pertanyaan dan pernyataan mempunyai beberapa pilihan jawaban yang benar, tetapi
disediakan satu kemungkinan jawaban yang salah. Tugas peserta didik adalah
memilih jawaban yang salah tersebut
d. Variasi berganda, yaitu memilih
beberapa kemungkinan jawaban yang semuanya benar, tetapi ada satu jawaban yang
paling benar. Tugas peserta didik adalah memilih jawaban yang paling benar
e. Variasi yang tidak lengkap, yaitu
pertanyaan atau pernyataan yang memiliki beberaapa kemungkinan jawaban yang
belum lengkap. Tugas peserta didik adalah mencari satu jawaban yang paling
benar dan melengkapinya.
3. Kaidah Penyusunan Soal Bentuk Pilihan Ganda
Menulis soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukan
keterampilan dan ketelitian. Hal yang paling sulit dilakukan dalam menulis soal
bentuk pilihan ganda adalah menuliskan pengecohnya. Pengecoh yang baik adalah
pengecoh yang tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaan, serta
panjang-pendeknya relatif sama dengan kunci jawaban. Oleh karena itu, untuk
memudahkan dalam penulisan soal bentuk pilihan ganda, maka dalam penulisannya
perlu mengikuti langkah-langkah berikut, langkah pertama adalah menuliskan
pokok soalnya, langkah kedua adalah menuliskan kunci jawabannya, kemudian
langkah ketiga adalah menuliskan pengecohnya.
Dalam
menulis soal pilihan ganda harus memperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut:
a. Materi
1. Soal harus sesuai dengan indikator
soal dalam kisi-kisi. Artinya, soal harus menanyakan perilaku dan materi yang
hendak diukur sesuai dengan tuntutan indikator soal.
2. Pilihan jawaban harus homogen dan
logis ditinjau dari segi materi. Artinya semua pilihan jawaban harus berasal
dari materi yang sama seperti yang terkandung dalam pokok
soal, penulisannya harus setara, dan semua pilihan jawaban harus
berfungsi.
3. Setiap soal harus mempunyai satu
jawaban yang benar atau yang paling benar. Artinya, satu soal hanya mempunyai
satu kunci jawaban. Jika terdapat beberapa pilihan jawaban yang benar,
maka kunci jawabannya adalah pilihan jawaban yang paling benar.
b. Konstruksi
1. Pokok soal harus dirumuskan secara
jelas dan tegas. Artinya kemampuan/materi yang hendak diukur/ditanyakan harus
jelas, tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran yang berbeda dari yang
dimaksudkan penulis, dan hanya mengandung satu persoalan untuk setiap nomor.
Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga mudah dimengerti peserta
didik. Apabila tanpa harus melihat dahulu pilihan jawaban, peserta didik sudah
dapat mengerti pertanyaan/ maksud pokok soal, maka dapat disimpulkan bahwa
pokok soal tersebut sudah jelas.
2. Rumusan pokok soal dan pilihan
jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja. Artinya, apabila
terdapat rumusan atau pernyataan yang sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan
atau pernyataan tersebut dihilangkan saja.
3. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke
arah jawaban yang benar. Artinya pada pokok soal jangan sampai terdapat kata,
frase, atau ungkapan yang dapat memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar.
4. Pokok soal jangan
mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda. Artinya, pada
pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang mengandung
arti negatif. Penggunaan kata negatif ganda dapat mempersulit peserta didik
dalam memahami maksud soal, oleh karena itu perlu dihindari. Namun untuk
keterampilan bahasa, penggunaan kata negatif ganda diperbolehkan kalau
yang ingin diukur justru pengertian tentang negatif ganda itu sendiri.
5. Panjang rumusan pilihan jawaban harus
relatif sama. Kaidah ini perlu diperhatikan karena adanya kecenderungan peserta
didik untuk memilih jawaban yang paling panjang, karena seringkali jawaban yang
lebih panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.
6. Pilihan jawaban jangan mengandung
pernyataan, "Semua pilihan jawaban di atas salah", atau "Semua
pilihan jawaban di atas benar". Artinya, dengan adanya pilihan jawaban
seperti ini, maka dari segi materi pilihan jawaban berkurang satu, karena
pernyataan itu hanya merujuk kepada materi dari jawaban sebelumnya.
7. Pilihan jawaban yang berbentuk angka
harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut, dan
pilihan jawaban berbentuk angka yang menunjukkan waktu harus disusun
secara kronologis. Pengurutan angka dilakukan dari nilai angka
paling kecil ke nilai angka paling besar atau sebaliknya. Pengurutan waktu
berdasarkan kronologis waktunya. Pengurutan tersebut dimaksudkan untuk
memudahkan peserta didik melihat dan memahami pilihan jawaban.
8. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan
sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi. Artinya, apa saja
yang menyertai suatu soal yang ditanyakan harus jelas, terbaca, dapat
dimengerti oleh peserta didik. Apabila soal tersebut tetap bisa dijawab tanpa
melihat gambar, grafik, tabel atau sejenisnya yang terdapat pada soal, berarti
gambar, grafik, atau tabel tersebut tidak berfungsi.
9. Butir materi soal jangan bergantung
pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan pada soal sebelumnya menyebabkan
peserta didik yang tidak dapat menjawab benar soal pertama tidak akan dapat
menjawab dengan benar soal berikutnya.
c.
Bahasa
1.
Setiap
soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
2.
Jangan
menggunaan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan digunakan untuk daerah
lain atau nasional.
3.
Pilihan
jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu kesatuan
pengertian. Letakkan kata tersebut pada pokok soal.
4.
Soal bentuk pilihan ganda sangat berguna untuk
mengukur tingkat hasil pembelajaran dari sebuah ilmu pengetahuan, tingkat
pemahaman, serta tingkat pengaplikasiannya/penerapannya. Karena berbagai bentuk
kecerdasan yang terdapat didalamnya, soal pilihan ganda sering digunakan dalam
jenis soal objektif. Dimana harus memilih satu jawaban, bukan memberikan
jawaban, oleh sebab itu langkah awal adalah dengan menulis soal pilihan ganda.
Perubahan bentuk soal dari tipe yang satu ke tipe yang lainnya, harus
dipertimbangkan karena hanya bisa dilakukan jika ada beberapa keuntungan yang
sama. Sebagai contohnya, dimana ketika hanya ada dua pilihan (up/down), lebih
tepat jika diubah menjadi bentuk soal benar atau salah. Sama halnya, ketika ada
kelompok yang homogen (sejenis) yang saling dihubungkan (contoh: simbol peta
dengan namanya), diubah dalam bentuk soal pencocokan akan lebih bermanfaat.
Selain hal khusus tersebut, bagaimanapun juga, soal pilihan ganda lebih baik
digunakan dalam tipe soal pilihan dalam bentuk apapun yang cocok untuk mengukur
hasil pembelajaran.
4.
Kelebihan dan kelemahan Bentuk
Soal Pilihan Ganda
a. Kelebihan
Bentuk Soal Pilihan Ganda
1. Sifatnya lebih representatif dalam
hal mencakup atau mewakili materi yang telah diajarkan kepada peserta didik.
2. Memungkinkan bagi tester untuk
bertindak lebih obyektif.
3. Lebih mudah dan cepat dalam
mengoreksi
4. Memberi kemungkinan orang lain untuk
ditugasi/dimintai bantuan mengoreksi hasil tes tersebut.
5. Butir soal pada tes obyektif jauh
lebih mudah dianalisis.
6. Sangat tepat untuk ujian yang peserta
banyak sedangkan hasilnya harus segera seperti ujian akhir nasional maupun
ujian sekolah.
b. Kelemahan Bentuk Soal Pilihan Ganda
1. Pokok soal tidak cukup jelas sehingga
terdapat kemungkinan ada lebih dari satu jawaban yang benar
2. Kadang–kadang jawaban soal dapat
diketahui siswa meskipun belum diajarkan karena adanya petunjuk jawaban yang
benar atau karena butir soal itu mengukur sikap dan bukan mengukur pengetahuan
3. Sampai suatu tingkat tertentu
keberhasilan atas suatu jawaban dapat diperoleh melalui tebakan
4. Sulit membuat pengecoh (distractor) yang berfungsi yakni yang
mempunyai peluang cukup besar untuk dipilih oleh siswa
5. Membutuhkan waktu yang lama untuk
menulis soal-soalnya
Kelemahan tersebut dapat diminimalkan
dengan cara terus berlatih untuk menulis tes objektif yang baik, sehingga
penulis benar-benar terampil dalam menulis terutama untuk menulis tes objektif
yang dapat mengukur proses berpikir yang lebih tinggi dari hanya sekedar
ingatan.
C. Teknik Penyusunan Bentuk Soal Benar-Salah
1. Pengertian
Bentuk tes benar
salah (B-S) adalah tes yang butir-butir soalnya mengharuskan siswa
mempertimbangkan suatu pernyataan sebagai pernyataan yang benar
atau salah.[7] Peserta didik di minta untuk menentukan
pilhannya mengenai pertanyaan atau pernyataan dengan cara seperti yang diminta
dalam petunjuk mengerjakan soal. Salah satu fungsi tes ini adalah untuk
mengukur kemampuan siswa untuk membedakan antara mana yang fakta dan mana yang
pendapat. supaya soal dapat berfungsi dengan baik materi yang hendak ditanyakan
hendaknya bersifat homogen.
Selain itu, tes ini juga dikenal dengan istilah tes
jawaban pendek (short answer test), tes “ya/tidak” (yes-no test) dan merupakan
tes model baru (new type test) dengan cara menuliskan jawabannya berupa
kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat yang telah disediakan untuk
masing-masing butir item yang bersangkutan. Pada pernyataan tes benar atau
salah, peserta tes tersebut tinggal menyilang atau melingkari huruf B
jika pernyataan menurut pendapat benar dan huruf S jika salah. Dalam hal ini
Testee diminta menentukan pendapatnya mengenai pernyataan-pernyataan tersebut
dengan cara seperti yang telah ditentukan dalam petunjuk cara mengerjakan soal.
2. Jenis Bentuk Soal
Benar-Salah
Bentuk tes benar atau salah ini bermacam-macam variasinya
jika dilihat dari segi pola pengerjaannya yang terdiri dari:
a.
Tes
Benar-Salah bentuk pernyataan. Dalam bentuk ini soal terdiri dari
pernyataan-pernyataan dan siswa diminta memilih kemungkinan benar atau salah
saja.
b.
Tes
Benar-Salah yang menuntut alasan. Dalam bentuk ini selain seperti bentuk
pertama juga menuntut supaya siswa memberi alasan apabila ia memilih
kemungkinan salah (menyalahkan pernyataan soal).
c.
Tes
Benar-Salah dengan membetulkan. Dalam bentuk tes ini selain seperti bentuk
pertama juga menuntut supaya siswa membetulkan pernyataan soal yang disalahkan
(jika siswa memilih kemungkinan salah terhadap pernyataan/ soal yang
bersangkutan).
d.
Tes
Benar-Salah Berganda. Pada bentuk ini satu induk persoalan menghasilkan
beberapa anak persoalan. Beberapa anak persoalan itu dirumuskan dalam
pernyataan/ soal yang mempunyai kemungkinan benar atau salah.
3. Kaidah Penyusunan Bentuk
Soal Benar-Salah
Petunjuk Penyusunannya:
a.
Tulislah
huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk mempermudah
mengerjakan dan menilai (scoring).
b.
Usakan
agar jumlah butir soal yang harus dijawab sama dengan soal yang harus
dijawab S. Dalam hal ini hendanya pola jawaban tidak bersifat teratur misalnya
B-S-B-S atau SS-BB-BB-SS.
c.
Hindari
item yang bisa diperdebatkan. Contoh : B-S kekayaan lebih pentng dari pada
kepandaian
d.
Hindari
kata-kata yang menunjukkan kecedenrungan memberi saran seperi yang dikehendaki
oleh item yang bersangkutan, misalnya semuanya, tidak terlalu, tidak pernah,
dan sebagainya.
e.
Setiap
butir soal haruslah menguji pemahaman, tidak hanya pengukuran terhadap daya
ingat.
f.
Hindarkan pernyataan yang sangat umum
Adapun kaidah penulisan soal benuk Benar-Salah adalah
:
a.
Materi
1.
Soal
harus sesuai dengan indikator.
2.
Materi
yang diukur sesuai dengan tuntutan bentuk benar-salah.
b.
Konstruks
1.
Buatkanlah
petunjuk cara mengerjakan soal benar-salah yang sejelas-jelasnya.
2.
Hindarkan
pernyataan yang mengandung ungkapan yang tidak pasti, seperti : barangkali,
kadang-kadang, pada umumnya, kebanyakan.
3.
Hindarkan
pernyataan yang mengandung negatif ganda.
4.
Hindarkan
pernyataan yang panjang dan kompleks.
5.
Hindarkan
pernyataan yang masih dapat dipersoalkan, soal harus mutlak benar dan mutlak
salah
6.
Jumlah
soal yang benar hendaknya disamakan dengan jumlah soal yang salah. Hal ini dimaksudkan
untuk mengantisipasi jawaban siswa. Mengingat bahwa siswa yang tidak mengetahui
masalah yang ditanyakan cenderung memilih jawaban salah.
7.
Penempatan
soal yang benar dan yang salah harus diatur secara acak.
8.
Setiap
soal hanya mengandung satu gagasan
9.
Setiap
soal hendaknya berdiri sendiri, tidak bergantung pada soal yang lain.
10. Hindarkan dengan pernyataan yang
langsung mengutip kalimat dari buku. Setiap pernyataan hendaknya diolah dan
disesuaikan dengan keperluan. Apabila tidak, hal ini akan terlalu menekan nilai
aspek menghafal. Artinya penekannya atau perhatiannya terlalu ditekankan pada
pengetahuan yang didapat dari hasil menghafal.
11. Hindarkan hal yang kurang perlu dan
bersifat teka-teki atau tebak-tebakan.
12. Hindarkan pernyataan yang berarti
ganda atau lebih.
c.
Bahasa
1.
Tulislah
dengan kalimat atau pernyataan berita.
2.
Bahasa
soal harus komunikatif dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan siswa.
3.
Gunakan
bahasa Indonesia baku.
4. Soal tidak menggunakan bahasa yang
berlaku setempat/tabu.
4. Kelebihan dan Kelemahan
Bentuk Soal Benar-Salah
Kelebihannya adalah: dapat mewakili pokok bahasan atau
materi pelajaran yang lebih luas, mudah penyusunannya dan dilaksanakan, mudah
diskor, dapat dinilai secara cepat dan objektif dan merupakan instrumen yang
baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar langsung terutama yang berkaitan
dengan ingatan.
Adapun kelemahannya adalah: ada kecenderungan peserta
didik menjawab coba-coba (menebak jawaban), pada umumnya mempunyai derajat
validitas dan reabilitas yang rendah, dalam penyusunan tes memerlukan
ketelitian dan waktu yang agak lama, sering terjadi kekaburan, terbatas
mengukur aspek pengetahuan saja.
D.Teknik Penyusunan Bentuk
Soal Menjodohkan
1. Pengertian
Bentuk
soal menjodohkan yaitu bentuk soal yang memasangkan kalimat satu dengan kalimat
lain yang merupakan jawaban dari kalimat tersebut (memiliki hubungan satu sama
lain). Item tes menjodohkan sering juga di sebut matching test item. Secara
fisik, bentuk item tes menjodohkan, terdiri dari atas dua kolom yang sejajar.
Pada kolom pertama berisi pertanyaan yang di sebut daftar stimulus dan kolom
kedua berisi kata atau frasa yang di sebut juga daftar respon atau jawaban.
Sebagian para ahli evaluasi pendidikan menyebut
daftar stimulus dengan daftar premis. Hal ini karena dalam kolom tersebut
berisi definisi, frasa, atau kata tunggal, berfungsi sebagai preposisi yang
memberikan stimuli pada para siswa untuk di cari jawaban yang cocok dari kolom
ke dua atau kolom respons. Pertanyaan menjodohkan ini pada umumnya kegunaannya
terbatas pada pengukuran pengetahuan yang mencakup terminologi, batasan atau
definisi, fakta, dan asosiasi konsep yang memiliki kaitan sederhana. Hal ini
sesuai dengan yang di nyatakan oleh Cross (1982) bahwa matching tes items are
appropriate for identifying the relantionship things; atau item tes menjodohkan
adalah tepat untuk mengidentifikasi hubungan antar sesuatu.
Ciri-ciri bentuk soal menjodohkan:
a.
Tes
terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban
b.
Tugas
testee adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban yang telah tersedia,
sehingga sesuai atau cocok atau merupakan pasangan, atau merupakan jodoh dari
pertanyaannya.[12]
Jadi, dalam bentuk tes ini, disediakan dua kelompok
bahan dan testee harus mencari pasangan-pasangannya yang sesuai antara yang
terdapat pada kelompok pertama dengan yang terdapat pada kelompok kedua, sesuai
petunjuk yang diberikan dalam tes tersebut.
Item tes menjodohkan, jika di susun secara cermat,
mampu mengukur pengetahuan batasan dan terminologi. Batasan definisi maupun
asas pengetahuan adalah sangat penting untuk di pahami oleh para siswa. Batasan
dan asas itu tidak mudah di mengerti, jika mereka tidak masuk dalam perbendaharaan
kata para siswa. Kemampuan mengukur batasa atau asas tersebut merupakan
karakteristik penting, mampu membuat para guru dan evaluator banyak
mempertimbangkan penggunaannya dalam mengukur kemampuan pengetahuan para
peserta didik. Di samping itu, item tes menjodohkan dapat mencakup tingkat
pengetahuan yang sama dengan jawaban bebas maupun item tes melengkapi.
Item tes menjodohkan pada prinsipnya dapat
mengevaluasi pengetahuan tentang fakta yang memiliki makna spesifik. Agar dapat
di gunakan sebagai materi premis atau kolom respons, fakta harus sederhana dan
jelas. Jika keduanya kriteria tersebut tidak di penuhi maka tipe tes lain perlu
di pertimbangkan penggunaannya.
Agar dapat item tes menjodohkan yang efektif, beberapa
aturan dapat di pertimbangkan utamanya ketika seorang guru hendak mengonstruksi
item tes jenis menjodohkan, yaitu:
1.
Perlu
adanya petunjuk yang jelas tentang bagaimana menjawab tes menjodohkan. Petunjuk
tersebut perlu disusun dengan kalimat yang singkat dan jelas. Gurut pun perlu
menegaskan makna dan cara menjawab pada setiap kolom.
2.
Pada
setiap kolom sebaiknya di beri label untuk lebih menjelaskan petunjuk
3.
Item-item
dalam tes menjodohkan sebaiknya homogen. Jika hanya sedikit materi pembelajaran
yang dapat di kelompokan secara homogen dan berkaitan satu dengan lainnya, maka
bentuk tes lain di rekomendasikan untuk di gunakan
4.
Sebaiknya
antara premis dan respons tidak sama jumlahnya. Secara empiris antara jumlah
respon lebih banyak antara 1 dan 2 jawaban. Jika premis dan respon di buat sama
jumlahnya, ada kemungkinan para siswa menjawab dengan cara menerka.
5.
Untuk
setiap tes jumlah item menjodohkan sebaiknya antara 4-8 item. Jika terlalu
sedikit akan menimbulkan kurang informasi bagi para siswa, sebaliknya, jika
lebih besar dari 8, item kemungkinan terjadi tumpang tindih, membingungkan, dan
menghabiskan waktu.
6.
Huruf
besar atau angka ( arab) sebaiknya digunakan untuk memberikan label item-iteem
pada daftar jawaban.
7.
Item-item
dalam daftar respons sebaiknya di buat lebih pendek di bandingkan dengan daftar
stimulus atau premis.
8.
Kolom
dan daftar respons sebaiknya di tempatkan pada sisi sebelah kanan.
9.
Semua
item untuk satu set tes menjodohkan, sebaiknya di tempatkan pada satu halaman.
Penempatan kedua kolom pada halaman lain atau terpisah akan mengakibatkan
siswa membaca sambil membolak-balik halaman.[13]
2. Teknik Penyusunan Soal
Bentuk Menjodohkan
Petunjuk-petunjuk yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan tes bentuk matching adalah
:
a.
Seri
pertanyaan-pertanyaan dalam matching
test hendaknya tidak lebih dari sepuluh soal(item).
b.
Jumlah
yang harus dipilih, harus lebih banyak dari jumlah soalnya.
c.
Antara
item-item yang tergabung dalam seri matching
test harus merupakan pengertian-pengertian yang benar-benar
homogen.
d.
Buatlah
petunjuk tes dengan jelas, singkat, dan mudah dipahami
e.
Sesuaikan
dengan kompetensi dasar dan indicator
f.
Kumpulan
soal diletakkan disebelah kiri, sedangkan jawabannya diletakka disebalah kanan
g.
Susunlah
item-item dan alternatif jawaban denga sistematika tertentu. Misalnya, sebelum
pokok persoalan didahului oleh stem atau bisa juga lansung pada pokok persoalan
h.
Seluruh
kelompok soal dan jawaban hanya terdapat dalam satu halaman.
i.
Gunakan
kalimat yang singkat, tepat dan jelas
j.
Jumlah
alternatif jawaban hendaknya lebih banyak dari pada jumlah soal.
Adapun kaidah penulisan soal bentuk menjodohkan adalah
:
a.
Materi
1.
Soal
harus sesuai dengan indikator.
2.
Materi
yang diukur sesuai dengan tuntutan bentuk menjodohkan
3.
Gunakan
materi-materi yang homogen untuk setiap kelompok, baik kelompok soal (pokok
soal) maupun pilihan jawabannya.
b.
Konstruksi
1.
Pertanyaan
dan pilihan jawaban harus disusun dengan homogen, paralel/sejajar.
2.
Soal
disusun sebelah kiri dengan bernomor, pilihan jawaban disusun di sebelah kanan
dengan nomor urut dengan huruf
3.
Pertanyaan
dan pilihan jawaban hendaknya disusun secara sistematis. Jika daftar terdiri
dari tanggal disusun secara kronologis, sedangkan pertanyaan dalam pilihan
jawaban dapat disusun menurut abjad
4.
Pertanyaan
dan pilihan jawaban ditulis dalam halaman yang sama. Bila tidak demikian dapat
membingungkan siswa dan dapat menyita waktu lama yang dipergunakan untuk
membolak balik halaman saja
5.
Panjang
soal ini dibatasi jumlah tidak lebih dari 10 – 15 butir soal. Daftar-daftar
yang panjang cenderung akan menjadi terlalu heterogen dan dengan demikian
memungkinkan adanya petunjuk-petunjuk bagi siswa yang pandai, lagi pula soal
bentuk ini bila soalnya terlalu panjang/banyak akan membuang waktu yang terlalu
banyak.
6.
Jumlah
pilihan jawaban disusun lebih banyak daripada soalnya. Hal ini dimaksudkan agar
siswa dapat memikirkan jawaban dengan tepat
7.
Pokok
soal dan pilihan jawaban disusun dengan pertanyaan yang pendek.
8.
Petunjuk
mengerjakan soal harus jelas.
c.
Bahasa
1.
Bahasa
soal harus komunikatif dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan siswa
2.
Gunakan
bahasa Indonesia baku.
Soal
tes bentuk menjodohkan sebenarnya masih merupakan bentuk pilihan-ganda.
Perbedaannya dengan bentuk pilihan-ganda adalah pilihan ganda terdiri dari stem
dan option, kemudian peserta didik tinggal memilih salah satu option yang
paling tepat, sedangkan bentuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan
kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda, yaitu
kolom sebelah kiri menunukukkan kumpulan persoalan dan kolom sebelah kanan
menunjukkan kumpulan jawaban. Jumlah pilihan jawaban dibuat lebih banyak
dariapa jumlah persoalan.[17] Seperti
halnya dengan tipe soal lainnya, beberapa aturan tersebut mungkin sebagai
tambahan sebagai aturan pada umumnya untuk penyusunan soal objektif.
4.
Kelebihan dan Kelemahan Bentuk Soal Menjodohkan
a.
Kelebihan Bentuk Soal Menjodohkan
1.
Membutuhkan
waktu singkat untuk membaca soal
2.
Memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksud dengan gaya bahasa dan
caranya sendiri
3.
Adanya
keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga tanpa memakan waktu
yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berpikir siswa.
4.
Tidak
memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan.
b.
Kelemahan
1.
Hanya
mengukur tingkat berpikir ingatan
2.
Penulis
soal cenderung tidak cermat
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dalam membuat soal
untuk mengevaluasi proses pmbelajaran, diperlukannya suatu kaidah atau
teknik agar bisa menyusun soal dengan baik. Kaidah-kaidah
penyusunan soal
merupakan petunjuk atau petunjuk teknis yang harus diikuti agar butir soal yang
dihasilkan memiliki kualitas baik. Kaidah penulisan soal meliputi isi
materi soal yang ditanyakan, konstruksi rumusan soal, dan penggunaan
bahasa. Dalam
penulisan item tes dapat ada beberapa jenis bentuk soal dan teknik penyusunan
soal masing-masing yang digunakan, diantaranya:
a. Pilihan Ganda. Teknik
penyusunannya diantaranya: (1) soal harus sesuai dengan indikator, (2)
pilihan jawaban harus homogen dan logis, (3) hanya ada satu kunci jawaban yang
paling benar, (4) pokok soal harus dirumuskan dengan jelas, singkat, dan tegas,
(5) rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan persyaratan yang
diperlukan, (6) pokok soal jangan memberikan petunjuk ke kunci jawaban, (7)
pokok soal tidak menggunakan pernyataan yang bersifat negatif ganda, (8) gambar/grafik/
tabel/ diagram/ dan sejenisnya jelas dan berfungsi, (9) panjang rumusan jawaban
relatif sama, (10) pilihan jawaban jangan menggunakan pernyataan”semua jawaban
di atas salah” atau ”semua jawaban di atas benar” dan sejenisnya, (11) pilihan
jawaban yang berbentk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar
kecilnya angka atau secara kronologis, (12) butir soal jangan bergantung pada
jawaban soal sebelumnya, (13) menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia, (14) pilihan jawaban tidak mengulang kata kelompok kata yang
sama.
b. Benar Salah. Teknik penyusunannya
diantaranya: (1) hindari pertanyaan yang mengandung kata kadang-kadang,
selalu, umumnya, sering kali, tidak ada, tidak pernah, dan sejenisnya, (2)
hindarkan pengambilan kalimat langsung dari buku pelajaran, (3) hindarkan
pernyataan yang merupakan pendapat yang masih bisa diperdebatkan kebenaranya,
(4) hindarkan penggunaan pernyataan negatif ganda, (5) usahakan agar kalimat
untuk setiap soal tidak terlalu panjang, (6) gunakan kalimat perintah yang
jelas agar mudah dimengerti oleh siswa.
c. Menjodohkan. Teknik penyusunannya
diantaranya: (1) hendaknya materi yang diajukan berasal dari hal
yang sama sehingga persoalan yang ditanyakan bersifat homogen, (2) usahakan agar
pertanyaan dan jawaban mudah dimengerti, (3) jumlah jawaban hendaknya lebih
banyak dari pada jumlah soal, (4) gunakan simbol yang berlainan untuk
pertanyaan dan jawaban, (5) susunlah soal menjodohkan dalam satu halaman yang
sama.
Setiap item
tes mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing masing. Dan dalam
penyusunan soal tes, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : tujuan
pembelajaran ; pokok bahasan dan sub-pokok bahasan ; proses berpikir yang ingin
diukur ; jenis tes yang tepat serta tingkat kesukaran butir soal yang akan
dibuat.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya, sehingga sedikitnya dapat
menambah kita dalam bidang pengetahuan. Penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang ikut andil dalam penulisan makalah ini. Tidak lupa
penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun selalu penulis harapkan
agar dapat membantu dalam pengkajian makalah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar