Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam Cerpen BANGKIT

CERPEN : BANGKIT

Cahaya bintang berkelap kelip mulai hilang oleh kesunyian malam. Aku berjalan menyusuri lorong malam sepi dan gelap. Konflik dengan orang tua karena tidak lulus sekolah. Hari ulang tahun yang gagal di rayakan. dan hadiah handphone yang terpaksa di kubur dalam-dalam karena tak lulus. Aku termenung di pinggir jalan. “ selamat malam..? maaf mba kayanya lagi sedih boleh aku minta duitnya..” seorang pemabuk dengan botol bir di tangan kiri dengan jalan yang tak beraturan, Ia mengeluarkan sebilah pisau lipat dan mengancamku. Aku hanya terdiam tak berkata, membuatnya sedikit binggung. Aku meraih tas di sampingku dan menyerahkan padanya. “ini ambil semua.. Aku tak butuh semua ini. Aku hanya ingin mati…!” Aku melemparkan tas ke hadapannya yang di sambut dengan senyum picik dan iapun menghilang di gelapnya malam. Aku bangkit berdiri dan berjalan menyusuri malam, berdiri menatap sungai yg mengalir deras. Di sini di atas jembatan tua. Aku berdiri menatap langit yang bertabur bintang,rasanya tak ada yang penting bagiku sekarang. Perlahan-lahan aku berjalan menaiki jembatan dan berdiri bebas. Menutup mata dan tinggal beberpa senti lagi aku terjatuh. Aku perlahan mengangkat kaki kananku dan…? Tiba-tiba sosok pemabuk yang menodong pisau padaku ku tadi, menarik baju ku dan menampar pipiku kuat, keras sekali tamparannya “ ini uang dan tas mu…!! Aku tak butuh..!  Aku lebih baik mati kelaparan dari pada melihat wanita lemah sepertimu ”  ia menarik ku turun dan melemparkan tasku diatas tanah. Dan ia pergi. Aku bangkit dan meraih tas ku kembali. Sosok pria mabuk yg ternyat seumuran denganku, di sekujur tubuhnya penuh tato dan tubuhnya kurus sekali. Ia berdiri termenung pada tangga jalan. Sesekali menatap langit dan menghapus air matanya. “ boleh aku berdiri disini bersamamu ? Aku menyapanya tapi ia hanya diam “kenapa kamu menamparku.. Kenapa kamu menolongku ? Aku sudah tak berarti lagi. Aku melihatnya dan ia menatapku tajam. Aroma alkohol dari mulutnya jelas tercium saat ia bicara “maafkan aku..? Sungguh aku minta maaf, menurutku kamu terlalu lemah, masalah apapun jangan berhenti untuk bangkit, bukankah setiap hari kita merasakan hal yang sama? Ia berkata  sembari mengulurkan tangannya yg ternyata cuma 2 jari yg utuh, Aku mulai merinding karena sedikit takut. Sehingga aku tak membalas uluran tangannya. “kaget ya mbak?. Jari ku yang lain di potong oleh preman karena persaingan. Hidup di jalan seperti ini, Setiap hari saat membuka mata yang anda ingat hanya perut dan perut.” Ia terdiam danmengalihkan pandanganya menembus angkasa. Aku terdiam dengan mulut terbuka, betapa aku tak percaya . Seandainya sekarang aku berada di posisi ini? Aku yang terlahir dari keluar sederhana namun penuh kehangatan, uang bukan masalah, aku hanya meminta tanpa pernah tahu bagaimana orang tuaku mendapatkannya, semuanya cukup, tapi ternyata itu bukan kebahagian, itu nafsu sesaat, Aku memang memiliki segalanya tapi tidak dengan cinta, selalu ada yang kurang setiap hari. Tanpa kebersaman kita mati. Terutama pentingnya mensyukuri apa yang ada. Aku menarik tangan dan menjabat tangannya kuat-kuat meski sedikit rishi. Aku menyerahkan tasku padanya. “ambil lah.. Aku tak mengenalmu tapi kamu memberi ku banyak alasan kenapa aku harus kuat menghadapi hidupku sekarang bukankah hidup harus tetap di jalani.Aku berlari menuruni tangga meninggalkan ia yg masih terdiam menatap langit ya menampakan bintang kecil berkelip, seakan hari ini takakan berlalu. Ketika aku akan menapaki jalan. Kekasihku sedang berdiri di depanku dengan mawar di tangannya, di belakangnya orang tua dan adikku berdiri di samping mobil, kami saling terdiam untuk beberapa saat ia memulai.“maafkan aku sayang, ternyata aku yang salah menilaimu, makasih ya ?,sudah membuat hidupku lebih berharga karena ini. Ia menyerahkan bunga dengan sebuah diary usang punyaku, yang entah dari mana ia mendapatkannya. Tapi disinilah aku menulis setiap masalah. Sementara kedua orang tuaku tersenyum. Aku mengajak kekasihku menaiki tangga untuk mengenalkan pada orang yang mengajarkanku banyak hal. Khususnya arti bersyukur. Kami turun dan pergi ke mall bersama orang tua dan adik ku untuk merayakan ulang tahunku. Walaupun aku tak dapat handphone karena tak lulus tapi bukan berarti kehangatan ini harus berakhir.

Tamat.

A.      Unsur Intrinsik cerpen Bangkit
1.      Tema: Jangan mudah putus asa / kehidupan
2.      Latar:
-          Waktu : Malam hari
Bukti : Cahaya bulan malam ini begitu indahnya.
-          Tempat : di pinggir jalan dan di atas jembatan
-          Suasana : Sunyi sepi
3.      Alur : Maju
Karena jalan cerita dijelaskan secara runtut mulai dari pengenalan latardan masalah sampai ke konflik dan di akhir cerita terdapat penyelesaian konflik.
4.      Penokohan :
-          Aku : mudah putus asa, kurang bersyukur dan selalu mengeluh
-          Pria pemabuk : pemabuk dan kuat menghadapi beratnya hidup
5.      Sudut pandang : orang pertama sebagai pelaku utama.
Bukti : Cerpen bangkit menggunakan kata ganti “aku” sebagai tokoh utama dan
mengisahkan tentang dirinya sendiri.
6.      Nilai – nilai yang terdapat dalam cerpen  :
-          Nilai Moral : Saat tokoh „aku menyadari selama ini
hanya meminta tanpa pernahtahu bagaimana orang tuanya mendapatkannya.Kita seharusnya bersyukur denganapa yang telah kita miliki tidak hanya menuntut sesuatu karna diluar sana masih banyak orang yang kekurangan.
-          Nilai Perjuangan = Pria pemabuk berjuang bertahan hidup di jalanan yang keras. Dikehidupan nyata banyak orang yang melakukan apapun untuk berjung hidup. Kitaharus berjuang mempertahankan hidup di dunia yang keras ini
-          Nilai Kepedulian = Saat Pria pemabuk menyelamatkan tokoh „aku yang akan terjun dari jembatan. Banyak orang yang membutuhakan bantuan kita saat menghadapimasalah kita seharusnya membantu mereka tidak membiarkannya.
7.      Amanat :
-          Jangan mudah putus asa dalam menjalani kerasnya hidup.
-          Bersyukurlah atas apa yang telah dimiliki
-          Hidup tidaklah sempurna kadang manusia diatas dan kadang dibawah.
-          Jangan lari dari permasalahan.
-          Kegagalan adalah awal dari keberhasilan
-          Masalah apapun jangan berhenti untuk bangkit

B.      Unsur Ekstrinsik cerpen “Bangkit”
1.      Latar Kepengarangan Penulis : Penulis menjumpai berbagai reaksi masyarakattsaat mereka gagal dan berputus asa. Dalam cerpen ini penulis inginmenginspirasi/memotivasi orang-orang dalam menghadapi kerasnya hidup melaluiceritanya.
2.      Keyakinan Penulis : Penulis yakin bahwa kejadian ini banyak ditemui dimasyarakat. Banyak orang yang bunuh diri karena putus asa maka penulismenggambarkan situasi tersebut dalam sebuah cerpen.
3.      Masyarakat pembaca : Pembaca dapat mengambil hikmah dari cerpen ini karena cerpen ini mengandung masalah-masalah yang ada di masyarakat dan masih banyak orang yang memiliki masalah yang sama dengan cerpen ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar